MEDAN - Diduga pelaku penganiayaan terhadap seorang wanita di Kampus Unimed ternyata seorang guru di SMP Muhammadiyah 1 Medan.
Pelaku yang melakukan penganiayaan berinisial MA, merupakan anak dosen yang mengajar di Unimed.
Suratik (45) warga Jalan Tembung Pasar 7 Beringin, Desa Tembung, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang pada Kamis (26/6/2024) mendapatkan perlakukan penganiayaan.
Dijelaskan, Kejadian tersebut berawal saat Suratik sedang istirahat pada jam kerja sekitar pukul 12.00 WIB. Suratik mengaku saat sedang berjalan ke ruang CS (Cleaning Service), dirinya dipanggil oleh seorang laki-laki yang tidak diketahui namanya dengan bahasa yang tidak sopan. Sebab, usia laki-laki tersebut jauh lebih muda darinya (Suratik).
"Saat istirahat kerja, saya berjalan membawa bekal sama teman saya. Tiba-tiba ada anak laki-laki manggil saya dan tidak mengenalnya. Saya datang ke arahnya, dan sempat tanya, kau siapa? Terus dia bilang, aku anak Pak Khaerul. Selanjutnya anak itu pukul wajah saya (pipi kanan). Karena dia mukul saya ya kemudian saya menarik kera bajunya dan saya jatuh terduduk karena dia juga terus mau pukuli saya, " kata Suratik, Sabtu (29/6/2024).
Pemukulan yang didapat Suratik berakhir saat security datang melerai aksi kejam laki-laki yang diketahui sempat menjadi mahasiswa UNIMED.
"Nggak lama saya dipukul, security datang narik saya saat mau balas pukulan anak itu, " cetusnya.
Sambung Suratik menceritakan kronologi kejadiannya, saat dirinya dipukul, banyak saksi yang menyaksikan kejadian kekerasan itu.
"Yang melihat saya ditarik dan dipukul di luar gedung itu banyak. Selain teman kerja (CS) ada mahasiswa/i juga dan security yang melerai. Tapi saat saya terjatuh nggak bisa bangun itu ditolongin sama seorang mahasiswi yang tidak saya ketahui namanya dan dia ngaku mau jadi saksi, " ungkapannya.
Diketahui bahwa, Suratik adalah seorang petugas kebersihan atau CS (Cleaning Service) yang sehari-hari bertugas di area gedung universitas tersebut, tepatnya di Gedung Galeri. Ia juga dikenal sebagai petugas kebersihan yang baik oleh rekan kerjanya. Namun, tak seperti biasa, kali ini Suratik harus menanggung malu dan rasa sakit akibat perlakuan seorang anak dosen yang tidak memiliki etika baik itu. Sebab, melontarkan tuduhan melakukan perselingkuhan dengan ayahnya yang berprofesi sebagai dosen itu.
Baca juga:
Waspada Kejahatan Geng Motor
|
Sebelum menceritakan pemukulan, kepada awak media, Suratik sempat mengaku bahwa pada Kamis (27/6/2024) pagi hingga siang dirinya tak dapat beraktivitas seperti biasanya. Pada jam kerja, ia mengatakan bahwa sekitar pukul 09.00 WIB pagi dirinya sempat diajak keliling oleh oknum dosen dan istrinya itu guna mempertanyakan kebenaran tuduhan perselingkuhan tersebut.
"Saya sempat diajak keliling naik mobil bersama istri bapak itu untuk menanyakan kebenaran yang dituduhkan itu, kami bertiga ngobrol di mobil sampai ke Jalan Aksara sana. Nggak mungkin saya selingkuh sama bapak itu. Pergi dan pulang kerja saya dijemput anak dan anak-anak saya mengetahui kegiatan saya. Pulang kerja pun saya ada kerjaan buat jamu juga di rumah, " jelasnya.
Lebih lanjut, Suratik juga mengeluhkan karena anak oknum dosen di Universitas ternama itu menyita ponselnya, sehingga tidak dapat komunikasi dengan pimpinannya bahwa dirinya diajak keluar di jam kerja oleh dosen beserta istrinya itu.
"Saya nggak tahu apa-apa, dituduh selingkuh. Sampai di tempat kerja, setelah diajak keliling, HP saya dirampas sama anak bapak itu (dosen) dan anak itu paksa saya buka kuncinya. Isi hpnya diperiksa semua sama anak bapak itu. Saat saya dipukul pun HP saya masih dipegang dia, " bilangnya
menambahkan, setelah pemukulan, Suratik sempat menunggu itikad baik dari pelaku di sebuah ruangan di gedung tempatnya bekerja. Namun, hingga menjelang sore juga tidak ada itikad baik dari pelaku.
"Setelah HP saya dikembalikan, saya coba mengabari anak-anak dan keponakan saya sambil nahan sakit di wajah dan pinggang. Mereka pun datang, anak saya sempat keliling disekitaran universitas untuk cari pelaku, sementara keponakan saya datang dan langsung membawa saya ke ruangan ayah anak itu untuk menanyakan keberadaan. Kami sempat meminta pertanggungjawaban dari pelaku untuk pengobatan, " ungkapnya.
Tak menunggu lama, diduga pelaku tak mau bertanggungjawab, anak beserta keponakannya yang berniat membawa Suratik ke Polsek untuk membuat Laporan Polisi pun tertunda akibat kondisi Suratik yang sempat pingsan saat di gotong ke luar gedung karena menahan rasa sakit di pinggang hingga ke seluruh badan.
"Ibu sempat pingsan saat kami bawa keluar. Karena kakinya nggak bisa digerakkan, jadi kami gotong keluar. Tadinya mau dibawa ke Polsek terdekat, karena kondisinya sudah kesakitan, jadi langsung saja kami bawa ke RS Haji yang dekat, " ucap Indra, anak kandung Suratik.
Atas kejadian itu, Suratik membuat Laporan Polisi ke Polsek Medan Tembung pada Jum'at (28/6/2024) dengan Nomor LP/B/975/VI/2024/SPKT/POLSEK MEDAN TEMBUNG/POLRESTABES MEDAN/POLDA SUMATRA UTARA. Kemudian, pelaku yang merupakan anak dosen tersebut menjadi terlapor atas Tindak Pidana Penganiayaan Berat (anirat) UU Nomor 1 Tahun 1946 tentang KUHP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 351. Akibat kejadian itu, pelapor (Suratik) menuntut terlapor sesuai dengan hukum yang berlaku. Tak hanya itu saja, Suratik yang telah menjadi korban pemukulan juga sudah melakukan visum di RS Haji Medan pada Jum'at (28/6/2024) malam usai membuat Laporan Polisi.
Diketahui bahwa, dari informasi yang didapat awak media dari beberapa sumber yang tak ingin disebut namanya, pelaku pemukulan yang belum diketahui identitasnya tersebut selain sebagai guru, juga sedang melanjutkan pendidikan di UNIMED.
Pelaku penganiayaan, MA Saat dikonfirmasi melalui telepon selulernya belum bersedia memberikan keterangan nya.